Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

tes

Configure your calendar archive widget - Edit archive widget - Flat List - Newest first - Choose any Month/Year Format

ananda sayang



ANANDA SAYANG
Bunda ingin bercerita
tentang masa yg terkenang sepanjang usia

hari2 penuh dgn harapan bahagia
siang mlm tk luput dr usaha dan do'a

Ananda syg
Setelah ibu th ada kehidupan dirahim ini
sujud syukur ibu kepada Ilahi
bunda jaga anugrah ini
untk menjadi wanita sejati

bulan bertambah waktu berlalu
semakin besarlh kau dlm kandungan ibu
sembilan bulan masa penantianku
untk bs menimangmu

Ananda sayang
dimalam purnama dgn chy gemilang
rasa skt tk tertahan
perut melilit tk terelakan

dalam genggaman jemari ayah
bunda terbaring lemah
kepada Tuhan ibu berpasrah
mogj kesabaran segeralah berbuah

senyum mengembang dibibir kami
kau lahir menjadi buah hati
buah cinta orgtua dan Ilahi

hari2 smkin indah
kaulah pelipur segala gelisah
pelepas lelah dan amarah

ketika kau kelaparan
tangisanmu keras menggelegar

jemari ini menxentuhmu penuh kasih
tersalurlah cintaku melalui asi
tatapan binar matamu
msh ibu ingat selalu
dgn memainkan jemari ibu
itu kbiasaanmu ktka menyusu

Ananda sayang
bertmbh thn bertmbh usia
kaupun tlh beranjak remaja

masa kanak2 tlh brlalu
kini kau tk lg bersama ibu

Ananda syg..
Jika bleh ibu berharap
tengoklah ibumu saat kau sempat
ibu ingnkan km wlo skedar menatap

rumah bambu ini
wanita renta ini
sdh tk lg butuh kemewahan duniawi

hanya ingn ananda syg
singgah menyapa bkn cacian
tutur lmbutmu ibu rindukan
hangat pelukmu ibu impikan

ananda syg..
Bukan blz budi
bukan pula berbakti
ibu hny ingn kau fahami
digubuk bambu ini
ada wanita tua yg tk lelah menanti.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Untuk mu Ukhti Yang Akan Menikah

Assalamu`alaikum wa rahmatullahi wa barakatuhUkhti…

semoga Allah Ta`ala selalu menjagamu dalam ketaatan.Aku tidak tahu harus berbuat apa yang terbaik ketika aku sadar dengan apa yang terjadi pada sahabatku ukhti Muslimah, aku sadari juga aku bukanlah orang yang tepat untuk berbicara masalah ini, tapi sebagai sahabatmu, inilah risalah untukmu ukhti Muslimah…

Terpikir olehku bagaimana bahagianya orang tua dan keluarga ketika ia melihat hadirnya seorang cucu dari anaknya sendiri, dan semua itu tak akan terjadi tanpa adanya sebuah ikatan suci yang mendahuluinya, yaitu sebuah pernikahan. Sebuah kata yang sakral, yang barangkali tak pernah terpikir sebelumnya bagaimana peliknya, atau bahkan belumlah terpikir bagaimana bahagianya, hidup bersama dengan orang yang begitu kita cintai, teman dan bukan hanya sekedar teman, bahkan ia adalah teman tanpa batas, seorang teman dari lawan jenis yang halal bagi kita.Mungkin itu hanyalah sebuah pendahuluan yang tak berarti, Karena boleh saja untuk engkau lewati, tapi pasti tadi telah terbaca (-jangan bilang tidak), he he he…

Beralih ke pembicaraan kita …Rasulullah telah bersabda dalam salah satu haditsnya bahwa seorang wanita itu dipilih karena empat perkara; namun, yang paling diutamakan adalah agamanya, kenapa? Karena dengan menikahi wanita yang beragama niscaya insya Allah hidupnya akan selamat baik itu di dunianya maupun di akhiratnya, begitu juga dengan wanita tak jauh beda haruslah ia juga memilih seorang laki-laki yang akan menjadi pendamping hidupnya itu seorang yang beragama, karena ia adalah akan menjadi pemimpin dalam sebuah keluarga. Dan yang akan bertanggung jawab di akhirat kelak tentang bagaimana kepemimpinannya di keluarganya (-karena yang kita bicarakan di sini adalah tentang itu).Sekarang aku bertanya: sudah siapkah engkau dengan semua itu?Ketika ada seorang yang datang kepadamu, apa yang engkau pikirkan? Apa yang engkau inginkan darinya? Kriteria yang bagaimanakah yang engkau dambakan? Apakah semua itu sudah ada padanya?

Kalau engkau pandang bagaimana agamanya, maka itulah yang ahsan, sebaik-baik pilihan. Karena dialah yang akan mendampingimu di dunia maupun di akhirat, insya Allah. Kalau yang engkau inginkan adalah seorang yang bisa menjagamu, menjaga agamamu, manjaga harga dirimu, maka itu juga bukan merupakan pilihan yang salah. Ataukah engkau inginkan seorang yang bisa menafkahimu baik lahir ataukah batin, bisa membahagiakanmu, maka demikianlah yang didambakan oleh setiap wanita. Ok! Kemudian apakah semua itu telah ada padanya?Hanya dirimu yang bisa menjawabnya. Pikirkanlah.Menikah… takut? Ragu? Ataukah perasaan apalagi?Takut dengan orang tua yang nggak mengijinkanmu menikah saat ini?Ragu apakah akan bisa mendapatkan pekerjaan setelah status menikah?

Ukhti… semoga Allah Ta`ala selalu menolongmu.Barangkali suatu hal yang wajar ketika halangan untuk menikah adalah dari orang tua kita sendiri, barangkali mereka takut putrinya tidak bisa bekerja untuk membantu suamiya, terkadang yang banyak terjadi adalah perkataan sebagian orang: “Masak sih kami sebagai orang tuamu yang sudah menyekolahkanmu sampai setinggi ini akhirnya hanya menikah tanpa mencari kerja dulu…” Dan mungkin banyak perkataan serupa yang bisa saja keluar dari keluarga kita. Dan… semua itu akan kembali pada sejauh mana kita bisa mendekati mereka, mengajak bicara mereka, menasihati mereka kepada kebaikan dan ketaqwaan.Ukhti… semoga Allah Ta`ala senantiasa menolongmu.Berapa kali harus aku katakan, hendaklah kita bersabar dalam mendakwahi mereka…

Sungguh mereka itu adalah belum mengerti dan semoga Allah memberikan kepada kita petunjuk dan hidayah kepada mereka dan kepada kita. Wahai ukhti, berilah mereka pengertian dengan cara yang baik dan nasihat yang menyembuhkan dengan senantiasa berdoa memohon kepada Allah agar diberi kemudahan.Kalau saja mereka para orang tua dapat berpikiran seperti apa yang kita pikirkan, barangkali pernikahan itu bukanlah sebuah permasalahan, hanya saja, terkadang masing-masing orang mempunyai keunikan sendiri-sendiri, ada yang orang tuanya sudah mengijinkan, justru anaknya belum siap, alasannya macam-macam, ada yang bilang merasa belum mampu untuk menjalaninya (-terus kapan?), ada yang bilang juga gak siap, ada yang bilang… banyak deh! (-tahu kan maksudku?)Nah, masalah datang ketika kita semakin menunda-nunda pernikahan itu, apalagi bagi seorang wanita, pernah terpikir gak? Bagaimana ketika usia itu semakin bertambah, kita sudah tersibukkan oleh pekerjaan duniawi, sampai-sampai lupa memikirkan tentang menikah, bahkan gak terpikir lagi untuk menikah… aku yakin engkau bukan termasuk tipe ini. Hanya saja, sudahkah niatmu bulat untuk menikah? sudahkah engkau menargetkan di usia berapa akan menikah? Kembali lagi ke pertanyaan di atas, kriteria yang bagaimanakan yang engkau dambakan? Jangan sampai semua itu berlalu sia-sia hanya karena kesibukan dunia semata.

Kemudian untuk artikel pernikahan, atau menuju ke sana, aku gak bisa merujuknya secara tepat; nah, mungkin aku sarankan untuk membaca majalah-majalah seperti Majalah Nikah, Majalah Asy Syariah dalam halaman Sakinah, atau majalah lain yang Islami tentunya banyak engkau jumpai di toko buku atau internet…Barangkali itu dulu aja yang bisa aku tuliskan, semoga ada manfaatnya bagi kita. Kalau ada benarnya itu datangnya dari Allah Subhanahu wa Ta’ala, adapun jika terdapat banyak salah dan keliru itu datangnya adalah dari kebodohanku dan dangkalnya keilmuanku. Jadi, luangkan waktumu sekedar untuk mengkritisi kata-kataku atau sekedar jawaban dari pernyataan-pernyataanku di atas. Wallahu a’lam.Jazakillahu khairan atas semuanya semoga Allah memberikan barakahNya kepadamu.Assalamua`alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh.

Referensi Lainnya : http://kembanganggrek2.blogspot.com/

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

doa untuk ayah dan ibu

Ya Allah, ampunilah dosa kami & dosa kedua orang tua kami. masih terbayang air mata ibu yang mengalir & rintihannya disetiap malam ketika berdoa memohon kepadaMu untuk kebahagiaan kami, anaknya. Sayangilah Ibu & ayah kami sebagaimana beliau meyayangi kami sewaktu kecil. Ya Allah, Muliakanlah mereka, tiada pernah kami sanggup menggantikan setiap tetes air mata ibu & keringat ayah."

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

sayang ayah

Wanita Dalam Islam. . .
(episode sayaaaaang Ayah)

When she is a daughter, she is opens a door of jannah for he FATHER
When she is wife, she is completes half of the deen of her husband
When is is MOTHER, jannah life under her feet

"If everyone knew the true status of a muslim women, even the men would want to be women" (Syaikh Akram Nadawi)

artinya :
Bila dia seorang ANAK. Ia membuka pintu surga bagi ayahnya.
Bila dia seorang ISTRI. Ia melengkapi separuh dien bagi suaminya.
Bila dia seorang IBU. Surga ada di bawah telapak kakinya.

"Jika semua orang mengetahui status sebenarnya dari perempuan muslim, bahkan para pria ingin menjadi wanita" (Syaikh Akram Nadawi)

itulah kenapa aku sangaaaaat menyayangi Ayahku...
karena Muslimah yang baik ketika ia masih menjadi anak, surga bagi nya adalah taat pada kedua orang tua. . .
Karena wanita tersebut masih tanggung jawab dari seorang AYAH bukan PACAR. . .

Jadi, para muslimah jangan mau di jadikan pacar bagi seorang lelaki. . .
Lihatlah Ayahmu, yang banting tulang membanting ulang menafkahimu, menyekolahkanmu hingga setinggi ini padahal belum tentu beliau merasakan bangku sekolah yang kau duduki sekarang
Ya kan..? :'(

itu karena beliau tidak ingin anak na mengalami hal yg sama, Ayah ingin anak na lebih baik dari Ayah na...

Ayah,
tak akan ku khianati cinta mu. . .
engkau masih mampu dalam mencukupi segala kebutuhanku, masih cukup jadi pendengar setiaku, masih cukup kau menafkahiku. .

hingga nanti tiba saat nanti engkau menghadapi beberapa lelaki yang meminta ku untuk di jadikan istri, kau akan sangaaaat hati-hati dalam memberikan izin

kau akan sangat hati-hati dalam melepas putri kecilmu ini

"karena kamu bidadari kecilku, nak" kata Ayahku :")

#menetes air mata

created : Annisa Mutiara Hati (http://www.facebook.com/zaujie.zaujatie)
yang copas, tolong cantumkan penulis aslinya yaa
syukron ^^

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

kasih sayang bunda

1. saat kau kecil kau bertanya kepadaku | "bunda, mengapa semua orang bebas bermain berkejar-kejar, sementara aku harus belajar?"

2. seringkali engkau menangis mengadu | "bunda, mengapa saat temanku dikelilingi mainan, sementara aku harus menghafalkan ayat Al-Qur'an?"

3. engkau juga selalu mengeluh | "bunda, mengapa anak yang lain boleh membaca manga, sementara aku harus mengerti banyak bahasa?"

4. mungkin engkau juga berpikir | "bunda, mengapa tak semua permintaanku dikabulkan, seringkali aku meminta namun tak diberikan?"

5. anakku, dengarkanlah bunda untuk saat ini | dengarkan saja bunda, suatu saat nanti bila telah sampai waktumu, kau akan tahu

6. anakku, mungkin bunda tak dapat mengungkapkan semua dengan kata | namun bunda menyimpan rencana terbaik bagimu dalam dada

7. saat kau beranjak dewasa | kau akan terbang lebih tinggi dari yang lainnya, berlari lebih cepat daripada yang lainnya

8. orang-oranglah yang akan membaca tentang ceritamu, dan engkau akan dikejar karena ilmumu, dan semua pintamu akan dikabulkan bagimu

9. saat telah mulai baligh engkau berucap | "aku sudah besar, bunda boleh berhenti bersikap terlalu khawatir, aku sudah pintar"

10. saat beranjak dewasa engkau berteriak kepadaku | "mengapa tak boleh aku bercinta, kau tahu aku sekarang sudah dewasa"

11. ketika telah bekerja kau katakan | "aku memiliki hidupku sendiri, aku berhak menentukan jalanku sendiri"

12. dan bila engkau memiliki hidupmu sendiri | "aku tak miliki banyak waktu, bila sempat aku akan menjengukmu"

13. anakku, perhatikan bunda | seorang anak mungkin berubah dewasa, namun menjadi bunda berarti untuk selamanya

14. anakku, dengarkan bunda kali ini | jangan tergesa-gesa bercinta memadu nikmat, bila engkau belum siap, itu alamat maksiat

15. engkau mungkin bisa melihat masa depanmu dengan jelas | namun mataku yang mulai rabun melihatnya dengan lebih jelas

16. bunda tersenyum mendengar alasanmu, anakku datanglah semasa engkau sempat | lagipula seluruh waktuku sedari dulu telah kugadai untukmu

17. bila masa tuaku tiba di sebuah waktu | aku benci merepotkan engkau, aku memahami sekarang ada anak istri yang harus engkau beri waktu

18. mungkin bunda sudah pikun untuk sekedar memanggil namamu | namun bunda akan selalu mengingatmu dalam shalat dan doaku, anakku

19. saat bunda pergi suatu saat nanti, tak perlu jatuh tangismu menderai| bahagaia bunda bila engkau menyembah Ilahi Rabbii

20. sesal bunda hanya satu, kenapa bunda tak bisa lebih lama bersamamu | menjagamu dari maksiat dan membimbingmu selalu dalam taatust.
 ingat selalu pesan-pesan ibumu, jangan pernah sakiti hatinya | helai putih di mahkotanya, adalah kebahagiaan yg dikorbankan untukmu

Makanya :

ingat selalu pesan-pesan ibumu, baik-baik segera dewasa | agar kau bisa segera bisa menjaga dan lindungi ibumu

ingat selalu pesan-pesan ibumu, jangan tergesa mencari pasangan | mungkin jelas bagimu masa depanmu, tapi ibumu melihatnya lebih jelas

ingat selalu pesan-pesan ibumu, belajarlah mendalami agama | sungguh ibumu memerlukannya satu hari nanti, saat dia tak bisa beramal sendiri

Referensi Lainnya : http://kembanganggrek2.blogspot.com/



  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

aku ingin anakku menirumu

ketika lahir, anak lelakiku gelap benar kulitnya, Lalu kubilang pada ayahnya: “Subhanallah, dia benar-benar mirip denganmu ya!”

Suamiku menjawab:

“Bukankah sesuai keinginanmu? Kau yang bilang kalau anak lelaki ingin seperti aku.” Aku mengangguk. Suamiku kembali bekerja seperti biasa. Ketika bayi kecilku
berulang tahun pertama, aku mengusulkan perayaannya dengan mengkhatamkan Al Quran di rumah Lalu kubilang pada suamiku:

“Supaya ia menjadi penghafal Kitabullah ya,Yah.” Suamiku menatap padaku seraya pelan berkata:
“Oh ya. Ide bagus itu.”

Bayi kami itu, kami beri nama Ahmad, mengikuti panggilan Rasulnya. Tidak berapa lama, ia sudah pandai memanggil-manggil kami berdua: Ammaa. Apppaa. Lalu ia menunjuk pada dirinya seraya berkata: Ammat! Maksudnya ia Ahmad. Kami berdua sangat bahagia dengan kehadirannya.

Ahmad tumbuh jadi anak cerdas, persis seperti papanya. Pelajaran matematika sederhana sangat mudah dikuasainya. Ah, papanya memang jago matematika. Ia kebanggaan keluarganya. Sekarang pun sedang S3 di bidang Matematika.
Ketika Ahmad ulang tahun kelima, kami mengundang keluarga. Berdandan rapi kami semua. Tibalah saat Ahmad menjadi bosan dan agak mengesalkan. Tiba-tiba ia minta naik ke punggung papanya. Entah apa yang menyebabkan papanya begitu berang, mungkin menganggap  Ahmad  sudah  sekolah,  sudah  terlalu  besar  untuk  main  kuda-kudaan,  atau lantaran banyak tamu dan ia kelelahan. Badan Ahmad terhempas ditolak papanya, wajahnya merah, tangisnya pecah, Muhammad terluka hatinya di hari ulang tahunnya kelima.

Sejak hari itu, Ahamad jadi pendiam. Murung ke sekolah, menyendiri di rumah. Ia tak lagi suka bertanya, dan ia menjadi amat mudah marah. Aku coba mendekati suamiku, dan menyampaikan alasanku. Ia sedang menyelesaikan papernya dan tak mau diganggu oleh urusan seremeh itu, katanya.

Tahun demi tahun berlalu. Tak terasa Ahmad telah selesai S1. Pemuda gagah, pandai dan pendiam telah membawakan aku seorang mantu dan seorang cucu. Ketika lahir, cucuku itu, istrinya berseru sambil tertawa-tawa lucu:
“Subhanallah! Kulitnya gelap, Mas, persis seperti kulitmu!”

Ahmad menoleh dengan kaku, tampak ia tersinggung dan merasa malu.

“Salahmu. Kamu yang ingin sendiri, kan. Kalau lelaki ingin seperti aku!”
Di tanganku, terajut ruang dan waktu. Terasa ada yang pedih di hatiku. Ada yang mencemaskan aku.
Cucuku pulang ke rumah, bulan berlalu. Kami, nenek dan kakeknya, datang bertamu. Ahmad kecil sedang digendong ayahnya. Menangis ia. Tiba-tiba Ahmad anakku menyergah sambil berteriak menghentak,
“Ah, gimana sih, kok nggak dikasih pampers anak ini!” Dengan kasar disorongkannya bayi mungil itu.

Suamiku membaca korannya, tak tergerak oleh suasana. Ahmad, papa bayi ini, segera membersihkan dirinya di kamar mandi. Aku, wanita tua, ruang dan waktu kurajut dalam pedih duka seorang istri dan seorang ibu. Aku tak sanggup lagi menahan gelora di dada ini. Pecahlah tangisku serasa sudah berabad aku menyimpannya. Aku rebut koran di tangan suamiku dan kukatakan padanya:

“Dulu kau hempaskan Ahmad di lantai itu! Ulang tahun ke lima, kau ingat? Kau tolak ia merangkak di punggungmu! Dan ketika aku minta kau perbaiki, kau bilang kau sibuk sekali. Kau dengar? Kau dengar anakmu tadi? Dia tidak suka dipipisi. Dia asing dengan anaknya sendiri!”

Allahumma Shali ala Muhammad. Allahumma Shalli alaihi wassalaam. Aku ingin anakku menirumu, wahai Nabi.
Engkau  membopong  cucu-cucumu  di  punggungmu,  engkau  bermain  berkejaran dengan mereka Engkau bahkan menengok seorang anak yang burung peliharaannya mati. Dan engkau pula yang berkata ketika seorang ibu merenggut bayinya dari gendonganmu,
“Bekas najis ini bisa kuseka, tetapi apakah kau bisa menggantikan saraf halus yang putus di kepalanya?”
Aku memandang suamiku yang terpaku.

Aku memandang anakku yang tegak diam bagai karang tajam. Kupandangi keduanya, berlinangan air mata.
Aku tak boleh berputus asa dari Rahmat-Mu, ya Allah, bukankah begitu?
Lalu kuambil tangan suamiku, meski kaku, kubimbing ia mendekat kepada Ahmad. Kubawa tangannya menyisir kepala anaknya, yang berpuluh tahun tak merasakan sentuhan tangan seorang ayah yang didamba.
Dada Ahmad berguncang menerima belaian. Kukatakan di hadapan mereka berdua,
“Lakukanlah ini, permintaan seorang yang akan dijemput ajal yang tak mampu mewariskan apa-apa: kecuali Cinta.
Lakukanlah, demi setiap anak lelaki yang akan lahir dan menurunkan keturunan demi keturunan.

Lakukanlah, untuk sebuah perubahan besar di rumah tangga kita! Juga di permukaan dunia. Tak akan pernah ada perdamaian selama anak laki-laki tak diajarkan rasa kasih dan sayang,  ucapan  kemesraan,  sentuhan  dan  belaian,  bukan  hanya  pelajaran  untuk  menjadi jantan seperti yang kalian pahami. Kegagahan tanpa perasaan.
Dua laki-laki dewasa mengambang air di mata mereka.

Dua laki-laki dewasa dan seorang wanita tua terpaku di tempatnya.
Memang tak mudah untuk berubah. Tapi harus dimulai. Aku serahkan bayi Ahmad ke pelukan suamiku. Aku bilang:
“Tak ada kata terlambat untuk mulai, Sayang.”
Dua laki-laki dewasa itu kini belajar kembali. Menggendong bersama, bergantian menggantikan  popoknya,  pura-pura  merancang  hari  depan  si  bayi  sambil  tertawa-tawa berdua,  membuka  kisah-kisah  lama  mereka  yang  penuh  kabut  rahasia,  dan  menemukan betapa sesungguhnya di antara keduanya Allah menitipkan perasaan saling membutuhkan yang tak pernah terungkapkan dengan kata, atau sentuhan. Kini tawa mereka memenuhi rongga dadaku yang sesak oleh bahagia, syukur pada-Mu
Ya Allah! Engkaulah penolong satu-satunya ketika semua jalan tampak buntu. Engkaulah cahaya di ujung keputusasaanku.
Tiga laki-laki dalam hidupku aku titipkan mereka di tangan-Mu.
Kelak, jika aku boleh bertemu dengannya, Nabiku, aku ingin sekali berkata:
Ya, Nabi. aku telah mencoba sepenuh daya tenaga untuk mengajak mereka semua menirumu! Amin,
Alhamdulillah

Sumber : Kumpulan cerita Motivasi (resensi.net)



  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS