ananda sayang
ANANDA SAYANG
Bunda ingin bercerita
tentang masa yg terkenang sepanjang usia
hari2 penuh dgn harapan bahagia
siang mlm tk luput dr usaha dan do'a
Ananda syg
Setelah ibu th ada kehidupan dirahim ini
sujud syukur ibu kepada Ilahi
bunda jaga anugrah ini
untk menjadi wanita sejati
bulan bertambah waktu berlalu
semakin besarlh kau dlm kandungan ibu
sembilan bulan masa penantianku
untk bs menimangmu
Ananda sayang
dimalam purnama dgn chy gemilang
rasa skt tk tertahan
perut melilit tk terelakan
dalam genggaman jemari ayah
bunda terbaring lemah
kepada Tuhan ibu berpasrah
mogj kesabaran segeralah berbuah
senyum mengembang dibibir kami
kau lahir menjadi buah hati
buah cinta orgtua dan Ilahi
hari2 smkin indah
kaulah pelipur segala gelisah
pelepas lelah dan amarah
ketika kau kelaparan
tangisanmu keras menggelegar
jemari ini menxentuhmu penuh kasih
tersalurlah cintaku melalui asi
tatapan binar matamu
msh ibu ingat selalu
dgn memainkan jemari ibu
itu kbiasaanmu ktka menyusu
Ananda sayang
bertmbh thn bertmbh usia
kaupun tlh beranjak remaja
masa kanak2 tlh brlalu
kini kau tk lg bersama ibu
Ananda syg..
Jika bleh ibu berharap
tengoklah ibumu saat kau sempat
ibu ingnkan km wlo skedar menatap
rumah bambu ini
wanita renta ini
sdh tk lg butuh kemewahan duniawi
hanya ingn ananda syg
singgah menyapa bkn cacian
tutur lmbutmu ibu rindukan
hangat pelukmu ibu impikan
ananda syg..
Bukan blz budi
bukan pula berbakti
ibu hny ingn kau fahami
digubuk bambu ini
ada wanita tua yg tk lelah menanti.
Untuk mu Ukhti Yang Akan Menikah
Assalamu`alaikum wa rahmatullahi wa barakatuhUkhti…
semoga
Allah Ta`ala selalu menjagamu dalam ketaatan.Aku tidak tahu harus
berbuat apa yang terbaik ketika aku sadar dengan apa yang terjadi pada
sahabatku ukhti Muslimah, aku sadari juga aku bukanlah orang yang tepat
untuk berbicara masalah ini, tapi sebagai sahabatmu, inilah risalah
untukmu ukhti Muslimah…
Terpikir olehku bagaimana
bahagianya orang tua dan keluarga ketika ia melihat hadirnya seorang
cucu dari anaknya sendiri, dan semua itu tak akan terjadi tanpa adanya
sebuah ikatan suci yang mendahuluinya, yaitu sebuah pernikahan. Sebuah
kata yang sakral, yang barangkali tak pernah terpikir sebelumnya
bagaimana peliknya, atau bahkan belumlah terpikir bagaimana bahagianya,
hidup bersama dengan orang yang begitu kita cintai, teman dan bukan
hanya sekedar teman, bahkan ia adalah teman tanpa batas, seorang teman
dari lawan jenis yang halal bagi kita.Mungkin itu hanyalah sebuah
pendahuluan yang tak berarti, Karena boleh saja untuk engkau lewati,
tapi pasti tadi telah terbaca (-jangan bilang tidak), he he he…
Beralih
ke pembicaraan kita …Rasulullah telah bersabda dalam salah satu
haditsnya bahwa seorang wanita itu dipilih karena empat perkara; namun,
yang paling diutamakan adalah agamanya, kenapa? Karena dengan menikahi
wanita yang beragama niscaya insya Allah hidupnya akan selamat baik itu
di dunianya maupun di akhiratnya, begitu juga dengan wanita tak jauh
beda haruslah ia juga memilih seorang laki-laki yang akan menjadi
pendamping hidupnya itu seorang yang beragama, karena ia adalah akan
menjadi pemimpin dalam sebuah keluarga. Dan yang akan bertanggung jawab
di akhirat kelak tentang bagaimana kepemimpinannya di keluarganya
(-karena yang kita bicarakan di sini adalah tentang itu).Sekarang aku
bertanya: sudah siapkah engkau dengan semua itu?Ketika ada seorang yang
datang kepadamu, apa yang engkau pikirkan? Apa yang engkau inginkan
darinya? Kriteria yang bagaimanakah yang engkau dambakan? Apakah semua
itu sudah ada padanya?
Kalau engkau pandang bagaimana
agamanya, maka itulah yang ahsan, sebaik-baik pilihan. Karena dialah
yang akan mendampingimu di dunia maupun di akhirat, insya Allah. Kalau
yang engkau inginkan adalah seorang yang bisa menjagamu, menjaga
agamamu, manjaga harga dirimu, maka itu juga bukan merupakan pilihan
yang salah. Ataukah engkau inginkan seorang yang bisa menafkahimu baik
lahir ataukah batin, bisa membahagiakanmu, maka demikianlah yang
didambakan oleh setiap wanita. Ok! Kemudian apakah semua itu telah ada
padanya?Hanya dirimu yang bisa menjawabnya. Pikirkanlah.Menikah… takut?
Ragu? Ataukah perasaan apalagi?Takut dengan orang tua yang nggak
mengijinkanmu menikah saat ini?Ragu apakah akan bisa mendapatkan
pekerjaan setelah status menikah?
Ukhti… semoga Allah
Ta`ala selalu menolongmu.Barangkali suatu hal yang wajar ketika halangan
untuk menikah adalah dari orang tua kita sendiri, barangkali mereka
takut putrinya tidak bisa bekerja untuk membantu suamiya, terkadang yang
banyak terjadi adalah perkataan sebagian orang: “Masak sih kami sebagai
orang tuamu yang sudah menyekolahkanmu sampai setinggi ini akhirnya
hanya menikah tanpa mencari kerja dulu…” Dan mungkin banyak perkataan
serupa yang bisa saja keluar dari keluarga kita. Dan… semua itu akan
kembali pada sejauh mana kita bisa mendekati mereka, mengajak bicara
mereka, menasihati mereka kepada kebaikan dan ketaqwaan.Ukhti… semoga
Allah Ta`ala senantiasa menolongmu.Berapa kali harus aku katakan,
hendaklah kita bersabar dalam mendakwahi mereka…
Sungguh
mereka itu adalah belum mengerti dan semoga Allah memberikan kepada kita
petunjuk dan hidayah kepada mereka dan kepada kita. Wahai ukhti,
berilah mereka pengertian dengan cara yang baik dan nasihat yang
menyembuhkan dengan senantiasa berdoa memohon kepada Allah agar diberi
kemudahan.Kalau saja mereka para orang tua dapat berpikiran seperti apa
yang kita pikirkan, barangkali pernikahan itu bukanlah sebuah
permasalahan, hanya saja, terkadang masing-masing orang mempunyai
keunikan sendiri-sendiri, ada yang orang tuanya sudah mengijinkan,
justru anaknya belum siap, alasannya macam-macam, ada yang bilang merasa
belum mampu untuk menjalaninya (-terus kapan?), ada yang bilang juga
gak siap, ada yang bilang… banyak deh! (-tahu kan maksudku?)Nah, masalah
datang ketika kita semakin menunda-nunda pernikahan itu, apalagi bagi
seorang wanita, pernah terpikir gak? Bagaimana ketika usia itu semakin
bertambah, kita sudah tersibukkan oleh pekerjaan duniawi, sampai-sampai
lupa memikirkan tentang menikah, bahkan gak terpikir lagi untuk menikah…
aku yakin engkau bukan termasuk tipe ini. Hanya saja, sudahkah niatmu
bulat untuk menikah? sudahkah engkau menargetkan di usia berapa akan
menikah? Kembali lagi ke pertanyaan di atas, kriteria yang bagaimanakan
yang engkau dambakan? Jangan sampai semua itu berlalu sia-sia hanya
karena kesibukan dunia semata.
Kemudian untuk artikel
pernikahan, atau menuju ke sana, aku gak bisa merujuknya secara tepat;
nah, mungkin aku sarankan untuk membaca majalah-majalah seperti Majalah
Nikah, Majalah Asy Syariah dalam halaman Sakinah, atau majalah lain yang
Islami tentunya banyak engkau jumpai di toko buku atau
internet…Barangkali itu dulu aja yang bisa aku tuliskan, semoga ada
manfaatnya bagi kita. Kalau ada benarnya itu datangnya dari Allah
Subhanahu wa Ta’ala, adapun jika terdapat banyak salah dan keliru itu
datangnya adalah dari kebodohanku dan dangkalnya keilmuanku. Jadi,
luangkan waktumu sekedar untuk mengkritisi kata-kataku atau sekedar
jawaban dari pernyataan-pernyataanku di atas. Wallahu a’lam.Jazakillahu
khairan atas semuanya semoga Allah memberikan barakahNya
kepadamu.Assalamua`alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh.
doa untuk ayah dan ibu
Ya Allah, ampunilah dosa kami & dosa kedua orang tua kami. masih terbayang air mata ibu yang mengalir & rintihannya disetiap malam ketika berdoa memohon kepadaMu untuk kebahagiaan kami, anaknya. Sayangilah Ibu & ayah kami sebagaimana beliau meyayangi kami sewaktu kecil. Ya Allah, Muliakanlah mereka, tiada pernah kami sanggup menggantikan setiap tetes air mata ibu & keringat ayah."
sayang ayah
(episode sayaaaaang Ayah)
When she is a daughter, she is opens a door of jannah for he FATHER
When she is wife, she is completes half of the deen of her husband
When is is MOTHER, jannah life under her feet
"If everyone knew the true status of a muslim women, even the men would want to be women" (Syaikh Akram Nadawi)
artinya :
Bila dia seorang ANAK. Ia membuka pintu surga bagi ayahnya.
Bila dia seorang ISTRI. Ia melengkapi separuh dien bagi suaminya.
Bila dia seorang IBU. Surga ada di bawah telapak kakinya.
"Jika semua orang mengetahui status sebenarnya dari perempuan muslim, bahkan para pria ingin menjadi wanita" (Syaikh Akram Nadawi)
itulah kenapa aku sangaaaaat menyayangi Ayahku...
karena Muslimah yang baik ketika ia masih menjadi anak, surga bagi nya adalah taat pada kedua orang tua. . .
Karena wanita tersebut masih tanggung jawab dari seorang AYAH bukan PACAR. . .
Jadi, para muslimah jangan mau di jadikan pacar bagi seorang lelaki. . .
Lihatlah Ayahmu, yang banting tulang membanting ulang menafkahimu, menyekolahkanmu hingga setinggi ini padahal belum tentu beliau merasakan bangku sekolah yang kau duduki sekarang
Ya kan..? :'(
itu karena beliau tidak ingin anak na mengalami hal yg sama, Ayah ingin anak na lebih baik dari Ayah na...
Ayah,
tak akan ku khianati cinta mu. . .
engkau masih mampu dalam mencukupi segala kebutuhanku, masih cukup jadi pendengar setiaku, masih cukup kau menafkahiku. .
hingga nanti tiba saat nanti engkau menghadapi beberapa lelaki yang meminta ku untuk di jadikan istri, kau akan sangaaaat hati-hati dalam memberikan izin
kau akan sangat hati-hati dalam melepas putri kecilmu ini
"karena kamu bidadari kecilku, nak" kata Ayahku :")
#menetes air mata
created : Annisa Mutiara Hati (http://www.facebook.com/zaujie.zaujatie)
yang copas, tolong cantumkan penulis aslinya yaa
syukron ^^
kasih sayang bunda
1. saat
kau kecil kau bertanya kepadaku | "bunda, mengapa semua orang bebas
bermain berkejar-kejar, sementara aku harus belajar?"
2.
seringkali engkau menangis mengadu | "bunda, mengapa saat temanku
dikelilingi mainan, sementara aku harus menghafalkan ayat Al-Qur'an?"
3.
engkau juga selalu mengeluh | "bunda, mengapa anak yang lain boleh
membaca manga, sementara aku harus mengerti banyak bahasa?"
4.
mungkin engkau juga berpikir | "bunda, mengapa tak semua permintaanku
dikabulkan, seringkali aku meminta namun tak diberikan?"
5. anakku, dengarkanlah bunda untuk saat ini | dengarkan saja bunda, suatu saat nanti bila telah sampai waktumu, kau akan tahu
6. anakku, mungkin bunda tak dapat mengungkapkan semua dengan kata | namun bunda menyimpan rencana terbaik bagimu dalam dada
7. saat kau beranjak dewasa | kau akan terbang lebih tinggi dari yang lainnya, berlari lebih cepat daripada yang lainnya
8.
orang-oranglah yang akan membaca tentang ceritamu, dan engkau akan
dikejar karena ilmumu, dan semua pintamu akan dikabulkan bagimu
9. saat telah mulai baligh engkau berucap | "aku sudah besar, bunda boleh berhenti bersikap terlalu khawatir, aku sudah pintar"
10. saat beranjak dewasa engkau berteriak kepadaku | "mengapa tak boleh aku bercinta, kau tahu aku sekarang sudah dewasa"
11. ketika telah bekerja kau katakan | "aku memiliki hidupku sendiri, aku berhak menentukan jalanku sendiri"
12. dan bila engkau memiliki hidupmu sendiri | "aku tak miliki banyak waktu, bila sempat aku akan menjengukmu"
13. anakku, perhatikan bunda | seorang anak mungkin berubah dewasa, namun menjadi bunda berarti untuk selamanya
14. anakku, dengarkan bunda kali ini | jangan tergesa-gesa bercinta memadu nikmat, bila engkau belum siap, itu alamat maksiat
15. engkau mungkin bisa melihat masa depanmu dengan jelas | namun mataku yang mulai rabun melihatnya dengan lebih jelas
16.
bunda tersenyum mendengar alasanmu, anakku datanglah semasa engkau
sempat | lagipula seluruh waktuku sedari dulu telah kugadai untukmu
17.
bila masa tuaku tiba di sebuah waktu | aku benci merepotkan engkau, aku
memahami sekarang ada anak istri yang harus engkau beri waktu
18.
mungkin bunda sudah pikun untuk sekedar memanggil namamu | namun bunda
akan selalu mengingatmu dalam shalat dan doaku, anakku
19. saat bunda pergi suatu saat nanti, tak perlu jatuh tangismu menderai| bahagaia bunda bila engkau menyembah Ilahi Rabbii
20.
sesal bunda hanya satu, kenapa bunda tak bisa lebih lama bersamamu |
menjagamu dari maksiat dan membimbingmu selalu dalam taatust.
ingat
selalu pesan-pesan ibumu, jangan pernah sakiti hatinya | helai putih di
mahkotanya, adalah kebahagiaan yg dikorbankan untukmu
Makanya :
ingat selalu pesan-pesan ibumu, baik-baik segera dewasa | agar kau bisa segera bisa menjaga dan lindungi ibumu
ingat
selalu pesan-pesan ibumu, jangan tergesa mencari pasangan | mungkin
jelas bagimu masa depanmu, tapi ibumu melihatnya lebih jelas
ingat
selalu pesan-pesan ibumu, belajarlah mendalami agama | sungguh ibumu
memerlukannya satu hari nanti, saat dia tak bisa beramal sendiri
Referensi Lainnya : http://kembanganggrek2.blogspot.com/
aku ingin anakku menirumu
ketika lahir, anak lelakiku gelap benar kulitnya, Lalu kubilang pada ayahnya: “Subhanallah, dia benar-benar mirip denganmu ya!”
Suamiku menjawab:
“Bukankah
sesuai keinginanmu? Kau yang bilang kalau anak lelaki ingin seperti
aku.” Aku mengangguk. Suamiku kembali bekerja seperti biasa. Ketika bayi
kecilku
berulang tahun pertama, aku mengusulkan perayaannya dengan mengkhatamkan Al Quran di rumah Lalu kubilang pada suamiku:
“Supaya ia menjadi penghafal Kitabullah ya,Yah.” Suamiku menatap padaku seraya pelan berkata:
“Oh ya. Ide bagus itu.”
Bayi
kami itu, kami beri nama Ahmad, mengikuti panggilan Rasulnya. Tidak
berapa lama, ia sudah pandai memanggil-manggil kami berdua: Ammaa.
Apppaa. Lalu ia menunjuk pada dirinya seraya berkata: Ammat! Maksudnya
ia Ahmad. Kami berdua sangat bahagia dengan kehadirannya.
Ahmad
tumbuh jadi anak cerdas, persis seperti papanya. Pelajaran matematika
sederhana sangat mudah dikuasainya. Ah, papanya memang jago matematika.
Ia kebanggaan keluarganya. Sekarang pun sedang S3 di bidang Matematika.
Ketika
Ahmad ulang tahun kelima, kami mengundang keluarga. Berdandan rapi kami
semua. Tibalah saat Ahmad menjadi bosan dan agak mengesalkan. Tiba-tiba
ia minta naik ke punggung papanya. Entah apa yang menyebabkan papanya
begitu berang, mungkin menganggap Ahmad sudah sekolah, sudah
terlalu besar untuk main kuda-kudaan, atau lantaran banyak tamu dan
ia kelelahan. Badan Ahmad terhempas ditolak papanya, wajahnya merah,
tangisnya pecah, Muhammad terluka hatinya di hari ulang tahunnya kelima.
Sejak
hari itu, Ahamad jadi pendiam. Murung ke sekolah, menyendiri di rumah.
Ia tak lagi suka bertanya, dan ia menjadi amat mudah marah. Aku coba
mendekati suamiku, dan menyampaikan alasanku. Ia sedang menyelesaikan
papernya dan tak mau diganggu oleh urusan seremeh itu, katanya.
Tahun
demi tahun berlalu. Tak terasa Ahmad telah selesai S1. Pemuda gagah,
pandai dan pendiam telah membawakan aku seorang mantu dan seorang cucu.
Ketika lahir, cucuku itu, istrinya berseru sambil tertawa-tawa lucu:
“Subhanallah! Kulitnya gelap, Mas, persis seperti kulitmu!”
Ahmad menoleh dengan kaku, tampak ia tersinggung dan merasa malu.
“Salahmu. Kamu yang ingin sendiri, kan. Kalau lelaki ingin seperti aku!”
Di tanganku, terajut ruang dan waktu. Terasa ada yang pedih di hatiku. Ada yang mencemaskan aku.
Cucuku
pulang ke rumah, bulan berlalu. Kami, nenek dan kakeknya, datang
bertamu. Ahmad kecil sedang digendong ayahnya. Menangis ia. Tiba-tiba
Ahmad anakku menyergah sambil berteriak menghentak,
“Ah, gimana sih, kok nggak dikasih pampers anak ini!” Dengan kasar disorongkannya bayi mungil itu.
Suamiku
membaca korannya, tak tergerak oleh suasana. Ahmad, papa bayi ini,
segera membersihkan dirinya di kamar mandi. Aku, wanita tua, ruang dan
waktu kurajut dalam pedih duka seorang istri dan seorang ibu. Aku tak
sanggup lagi menahan gelora di dada ini. Pecahlah tangisku serasa sudah
berabad aku menyimpannya. Aku rebut koran di tangan suamiku dan
kukatakan padanya:
“Dulu kau hempaskan Ahmad di lantai
itu! Ulang tahun ke lima, kau ingat? Kau tolak ia merangkak di
punggungmu! Dan ketika aku minta kau perbaiki, kau bilang kau sibuk
sekali. Kau dengar? Kau dengar anakmu tadi? Dia tidak suka dipipisi. Dia
asing dengan anaknya sendiri!”
Allahumma Shali ala Muhammad. Allahumma Shalli alaihi wassalaam. Aku ingin anakku menirumu, wahai Nabi.
Engkau
membopong cucu-cucumu di punggungmu, engkau bermain berkejaran
dengan mereka Engkau bahkan menengok seorang anak yang burung
peliharaannya mati. Dan engkau pula yang berkata ketika seorang ibu
merenggut bayinya dari gendonganmu,
“Bekas najis ini bisa kuseka, tetapi apakah kau bisa menggantikan saraf halus yang putus di kepalanya?”
Aku memandang suamiku yang terpaku.
Aku memandang anakku yang tegak diam bagai karang tajam. Kupandangi keduanya, berlinangan air mata.
Aku tak boleh berputus asa dari Rahmat-Mu, ya Allah, bukankah begitu?
Lalu
kuambil tangan suamiku, meski kaku, kubimbing ia mendekat kepada Ahmad.
Kubawa tangannya menyisir kepala anaknya, yang berpuluh tahun tak
merasakan sentuhan tangan seorang ayah yang didamba.
Dada Ahmad berguncang menerima belaian. Kukatakan di hadapan mereka berdua,
“Lakukanlah ini, permintaan seorang yang akan dijemput ajal yang tak mampu mewariskan apa-apa: kecuali Cinta.
Lakukanlah, demi setiap anak lelaki yang akan lahir dan menurunkan keturunan demi keturunan.
Lakukanlah,
untuk sebuah perubahan besar di rumah tangga kita! Juga di permukaan
dunia. Tak akan pernah ada perdamaian selama anak laki-laki tak
diajarkan rasa kasih dan sayang, ucapan kemesraan, sentuhan dan
belaian, bukan hanya pelajaran untuk menjadi jantan seperti yang
kalian pahami. Kegagahan tanpa perasaan.
Dua laki-laki dewasa mengambang air di mata mereka.
Dua laki-laki dewasa dan seorang wanita tua terpaku di tempatnya.
Memang tak mudah untuk berubah. Tapi harus dimulai. Aku serahkan bayi Ahmad ke pelukan suamiku. Aku bilang:
“Tak ada kata terlambat untuk mulai, Sayang.”
Dua
laki-laki dewasa itu kini belajar kembali. Menggendong bersama,
bergantian menggantikan popoknya, pura-pura merancang hari depan
si bayi sambil tertawa-tawa berdua, membuka kisah-kisah lama
mereka yang penuh kabut rahasia, dan menemukan betapa
sesungguhnya di antara keduanya Allah menitipkan perasaan saling
membutuhkan yang tak pernah terungkapkan dengan kata, atau sentuhan.
Kini tawa mereka memenuhi rongga dadaku yang sesak oleh bahagia, syukur
pada-Mu
Ya Allah! Engkaulah penolong satu-satunya ketika semua jalan tampak buntu. Engkaulah cahaya di ujung keputusasaanku.
Tiga laki-laki dalam hidupku aku titipkan mereka di tangan-Mu.
Kelak, jika aku boleh bertemu dengannya, Nabiku, aku ingin sekali berkata:
Ya, Nabi. aku telah mencoba sepenuh daya tenaga untuk mengajak mereka semua menirumu! Amin,
Alhamdulillah
Sumber : Kumpulan cerita Motivasi (resensi.net)